Daftar Blog Saya

Senin, 23 Agustus 2010

Ingin Kaya….?Berinfaqlah!

Kalau kita membicarakan istilah kaya/kekayaan banyak dari kita selalu menghubungkan dengan sesuatu yang sifatnya materi. Secara materi uang menjadi tolak ukur orang dikatakan kaya atau tidak. Tetapi kekayaan itu kalau kita kaji lebih jauh lagi berada pada posisi bernilai materi dan imateri. Secara materi, kekayaan diukur dari berapa banyak kita punya uang, harta benda, binatang peliharaan dll. Secara imateri, kekayaan diidentikkan dengan sesuatu kebaikan yang lebih yang dimiliki oleh seseorang contoh: kaya hati (orang yang banyak berbuat baik), kaya ilmu (orang yang memiliki ilmu yang lebih) dll.

Secara umum kalau kita pingin kaya atau pingin banyak uang atau mempunyai banyak simpanan uang maka sesuai dengan hukum ekonomi: kita harus banyak berhemat, mengurangi pengeluaran dari pemasukan yang diperoleh. Pengeluaran berbanding terbalik dengan pemasukan/uang yang mampu disimpan. Makin banyak uang yang dikeluarkan maka uang yang bisa disimpan juga makin sedikit.

Berarti sangat tidak mungkin kalau kita Berinfaq/bersodaqoh kita akan mampu menyimpan lebih banyak uang? Apakah memang benar dengan berinfaq kita bisa menjadi kaya, bukankah itu sangat bertentangan sekali dengan hukum ekonomi! Ya sangat benar berinfaq itu akan sangat dekat dengan unsur PENGELUARAN pada hukum ekonomi kalau kita hanya memaknai infaq itu secara materi saja. Di dalam sifat infaq itu sendiri ada dimensi lain yang harus kita pahami juga yang akan membedakan Infaq dengan Pengeluaran.

Dimensi yang dimaksud adalah dimensi ruhani. Infaq sangat dekat kaitannya dengan keyakinan. Infaq sangat dekat kaitannya dengan Berserah Diri. Infaq sangat dekat kaitannya dengan Ikhlas. Infaq sangat dekat kaitannya dengan Bersyukur. Infaq sangat dekat kaitannya dengan Bekorban. Infaq sangat dekat kaitannya dengan aktivitas sosial/kesetiakawanan sosial. Kesemua kaitan itu diistilahkan sebagai sifat sosio-transedental yang sebenarnya merupakan sifat fitrah yang dimiliki manusia. Dimensi ruhani inilah yang mampu membelokkan Infaq dari hukum ekonomi. Berinfaq tidak hanya bernilai mengeluarkan materi/uang yang kita miliki. Berinfaq dengan niat lillahi ta’ala berarti kita berserah diri pada Alloh SWT dan meyakini bahwa Alloh SWT maha pemurah, maha pemberi rejeki dan maha kaya, bahwa tiadalah apapun yang sia-sia yang diciptakan dan yang menjadi kehendak Alloh SWT. Kita juga harus ingat bahwa semua perbuatan kita akan diukur dilihat dari niatnya lebih dulu. Berinfaq membutuhkan keIkhlasan yang benar-benar didasari oleh rasa syukur kita terhadap semua nikmat yang sudah diberikan oleh Alloh SWT. Alloh SWT secara tegas juga menjanjikan kepada manusia:

7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Apakah kita tidak percaya dengan janji yang diberikan oleh Alloh SWT?Apakah juga Alloh SWT akan ingkar dengan janjinya?

BerIkhlaslah bahwa kita tidak mempunyai tedeng aling-aling, tanpa pamrih mengorbankan sesuatu yang kita miliki, yang dibutuhkan oleh kita tapi ternyata lebih dibutuhkan orang lain.
December 14th, 2007 by brotowidyolukito

3 komentar:

  1. memberi sesuatu yg mgkin kecil nilainya bagi kita belum tentu kecil bagi org yg membutuhkan apalagi memberikan sesuatu yg kita sukai atau kita sayangi...wow butuh keikhlasan tingkat tinggi.....(mhn maaf untuk ikhlas berpoligami masih belum siap) hehehe:)

    BalasHapus
  2. ha ha ha ha ha........artinya ikhlasnya belum kaffah itu.

    BalasHapus
  3. se' durung iso berbagi ojob pak! gak bisa ngebayangin ojob sama wanita lain...hiks :( :) :)

    BalasHapus